Ferdinandus Kainakaimu Resmi Dilantik Jadi Sekda Papua Selatan, Gubernur Apolo: Tuhan yang Pilih dan Angkat Bapak

Kami semua akan berdiri di belakang Bapak, mendukung Bapak, dan suatu saat kami akan memberi hormat atas keberhasilan dan pengabdian Bapak bagi Provinsi Papua Selatan.

Sekda Papua Selatan mengucap janji sumpah (Foto: IPS)

MERAUKE, 14 Oktober 2025 — Suasana haru dan khidmat menyelimuti aula tempat pelantikan Sekretaris Daerah Provinsi Papua Selatan, Ferdinandus Kainakaimu, S.Pd., M.Sc., Selasa (14/10/2025) di Merauke.

Upacara itu menjadi penanda babak baru dalam perjalanan pemerintahan provinsi termuda di Tanah Papua ini — sebuah momentum untuk melanjutkan pondasi yang telah diletakkan dengan penuh dedikasi sejak provinsi ini berdiri.

Pelantikan, pengambilan sumpah, dan serah terima jabatan tersebut dipimpin langsung oleh Gubernur Papua Selatan,  Dr. Ir. Apolo Safanpo, S.T., M.T., disaksikan oleh Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Dr. Drs. Akmal Malik, M.Si., serta unsur Forkopimda Papua Selatan.

Hadir pula LO Polda Papua Selatan, LO BINDA Papua Selatan, Kapolres Merauke, Bupati Mappi, Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC, Ketua DPR Papua Selatan beserta anggota, Ketua MRP Papua Selatan Damianus Katayu bersama anggota, serta jajaran pimpinan OPD dan ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua Selatan.

Dalam sambutannya, Gubernur Apolo menyampaikan apresiasi yang dalam kepada Penjabat Sekda sebelumnya, Maddaremmeng, atas dedikasi dan ketulusannya mendampingi pemerintah daerah sejak awal berdiri.

“Bapak Maddaremmeng, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala karya bakti dan pelayanan yang Bapak telah lakukan dengan tulus dan ikhlas hati. Kami di Provinsi Papua Selatan terus terang sangat terbantu dan banyak belajar dari beliau,” ujar Gubernur Apolo.

Apolo mengakui pengalaman dan keteladanan Maddaremmeng telah menjadi penuntun dalam menata pemerintahan “dari tidak ada menjadi ada, dari kurang menjadi cukup.”

Suasana ruangan sejenak hening saat Gubernur menyampaikan kalimat itu — sebuah pengakuan jujur dari pemimpin kepada sosok yang meninggalkan jejak penting dalam sejarah pembentukan provinsi ini.

Masuk pada bagian inti pesannya, Gubernur Apolo mengingatkan seluruh pimpinan OPD dan ASN agar selalu belajar menjadi pemimpin yang bijaksana, sabar, dan berjiwa besar dalam menghadapi dinamika pelayanan publik.

“Pemerintah itu, menurut orang bijak, ibarat tempat sampah,” ucapnya tegas.

“Tempat bagi orang menyampaikan ketidakpuasan, kekecewaan, bahkan kemarahan. Namun kita sebagai pemerintah tidak boleh temperamental, tidak boleh emosional dalam menanggapi aspirasi dan kritik masyarakat.”

Pesan ini disampaikan bukan sebagai teguran, melainkan sebagai panggilan moral agar seluruh aparatur memiliki ketahanan hati. Bahwa pengabdian kepada masyarakat bukan sekadar urusan jabatan, tetapi soal kesabaran, keikhlasan, dan rasa tanggung jawab yang dalam.

Dalam bagian sambutan yang sarat refleksi, Gubernur Apolo mengutip kisah Socrates, filsuf Yunani yang hidup 400 tahun sebelum masehi, untuk menggambarkan makna kebijaksanaan sejati.

“Para filsuf memilih Socrates sebagai orang paling bijaksana karena mereka tahu, dan Socrates pun tahu, bahwa ia tidak tahu,” ujar Apolo

“Menurut Socrates, orang yang tidak bijaksana adalah mereka yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Jika kita tahu bahwa kita tidak tahu, maka kita akan terdorong untuk belajar, bertanya, dan meminta saran dari orang lain yang lebih berpengalaman.”

Ia menekankan, pemimpin yang bijaksana adalah mereka yang mau belajar, bukan yang merasa paling benar.

“Kesadaran itulah yang harus hidup dalam setiap diri aparatur negara, agar kita tidak sombong oleh jabatan dan tetap rendah hati dalam melayani,” tambahnya.

Kepada Sekda baru, Ferdinandus Kainakaimu, Gubernur Apolo menyampaikan pesan rohani yang menyentuh hati.

“Jika Tuhan yang memilih, mengangkat, dan menetapkan Bapak sebagai Sekda, maka Tuhan sendirilah yang akan menjaga dan memampukan Bapak dalam setiap langkah pelayanan,” ujarnya.

“Jangan kita mencoba mengganggu orang yang Tuhan pilih, Tuhan angkat, Tuhan tetapkan, dan Tuhan urapi. Sebab bila kita mengganggu orang yang Tuhan urapi, sama artinya dengan melawan Tuhan, alam, dan leluhur.”

Ucapan itu disambut dengan tepuk tangan panjang dari hadirin menandai kesadaran bersama bahwa jabatan publik bukan hasil politik semata, tetapi amanah yang dijaga dengan kesetiaan dan iman.

Di penghujung sambutannya, Gubernur Apolo menuturkan kisah legendaris tentang seekor anak rajawali yang tumbuh di kandang ayam sebuah metafora tentang potensi, keberanian, dan panggilan hidup.

“Bapak Sekda, Bapak Ferdinand Kainakaimu, Bapak juga adalah seekor burung rajawali. Bapak sudah mulai terbang dan Bapak akan terus terbang tinggi,” katanya penuh makna.

“Kami semua akan berdiri di belakang Bapak, mendukung Bapak, dan suatu saat kami akan memberi hormat atas keberhasilan dan pengabdian Bapak bagi Provinsi Papua Selatan.”

Suasana ruangan berubah hangat, banyak hadirin tampak menundukkan kepala, larut dalam makna kata-kata yang disampaikan dengan tenang namun bergetar. Sambutan itu ditutup dengan salam lintas iman:

“Shalom, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Om Swastiastu, Om Santi Santi Santi Om.” (LBS)


Penulis: Lamberth

Editor: Lamberth 

AGENDA
LINK TERKAIT