Kalau bapak tidak berdiri sebagai dirinya sendiri, siapa yang melihat kita? Orang Marind saja belum dilihat dengan baik. Mereka juga harus dirangkul, begitu juga saudara-saudara kita di Mappi, Asmat, dan Boven
Merauke, Info Papua Selatan — Polemik pasca terpilihnya Paskalis Imadawa sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Flobamora (IKF) Provinsi Papua Selatan terus berlanjut.
Suara keberatan kali ini datang dari Natalia Teraka, Ketua Organisasi Perempuan Marind Kabupaten Merauke, yang meminta agar hasil Musyawarah Daerah (Musda) I IKF Papua Selatan ditinjau kembali.
Dalam keterangannya kepada awak media di Merauke, Sabtu (18/10/2025), Natalia menyampaikan bahwa pihaknya menolak hasil aklamasi tersebut karena dinilai belum mencerminkan keseimbangan dan sensitivitas terhadap masyarakat asli di tanah Marind.
“Kami dari Perempuan Malind Kabupaten Merauke mengecam keras hasil Musda itu. Kami meminta panitia penyelenggara meninjau kembali dan merevisi anggaran dasar serta tata tertib Musda, karena menurut kami aturan tersebut memberi peluang yang tidak seimbang,” tegas Natalia Teraka.
Menurutnya, organisasi seperti IKF tidak hanya bersifat sosial tetapi juga membawa nilai kesukuan dan kebersamaan antar komunitas. Karena itu, kata Natalia, hak kesulungan masyarakat asli Malind harus dihormati dan menjadi pertimbangan utama dalam setiap proses organisasi yang berdiri di wilayah Papua Selatan.
“AD/ART harus dijabarkan dengan jelas siapa yang memiliki hak kesulungan dan siapa yang boleh berpartisipasi tanpa menempati posisi-posisi tertentu. Ini penting agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat,” ujarnya.
Ia menilai, polemik yang terjadi telah menimbulkan kegelisahan dan rasa kehilangan figur panutan di kalangan masyarakat Malind.
“Kita kehilangan sosok besar yang seharusnya menjadi pembina dan penyeimbang di rumah besar kita, Papua Selatan ini,” katanya.
Natalia menggambarkan Papua Selatan sebagai rumah besar dengan banyak kamar, di mana kamar utama adalah milik masyarakat asli Marind, sementara kamar-kamar lainnya ditempati oleh berbagai suku dari Nusantara yang hidup berdampingan.
“Kalau kamar utamanya belum diurus dengan baik, bagaimana bisa kita sibuk mengatur kamar orang lain?” tuturnya.
Ia menutup pernyataannya dengan menyerukan agar masyarakat asli Papua Selatan dirangkul secara adil dan proporsional.
“Kalau bapak tidak berdiri sebagai dirinya sendiri, siapa yang melihat kita? Orang Marind saja belum dilihat dengan baik. Mereka juga harus dirangkul, begitu juga saudara-saudara kita di Mappi, Asmat, dan Boven,” pungkasnya. (LBS)
Editor: RR