Miras Picu Kekerasan Berulang di Merauke, Forkota: “Kami Butuh Rasa Aman, Bukan Janji”

Kami hanya ingin hidup aman. Pemerintah wajib menjamin itu

Ady Jojo (Foto: istimewa)

Merauke, Sabtu (15/11/2025) — Rasa aman warga Merauke kembali terusik. Serangkaian kasus pembacokan yang diduga kuat dipicu oleh konsumsi minuman keras kembali memakan korban, termasuk insiden terbaru yang terjadi pagi tadi sekitar pukul 06.00 WIT di kawasan Moppa Lama, menimpa seorang perempuan.

Forum Kota Kita (Forkota) menyatakan bahwa kondisi ini tidak lagi bisa dipandang sebagai peristiwa biasa. Dalam wawancara bersama Info Papua Selatan hari ini, perwakilan Forkota Ady Muslimin menyampaikan keresahan publik sekaligus mempertanyakan komitmen pemerintah daerah yang sebelumnya menjanjikan pengetatan keamanan.

Ady mengingatkan bahwa setelah aksi Forkota di Monumen Kapsul Waktu pada 28 Oktober lalu, sejumlah pejabat sipil, TNI, dan Polri secara terbuka menyampaikan komitmen untuk:

memberantas peredaran miras,

mengaktifkan pos kamling,

menggerakkan karang taruna,

dan meningkatkan patroli gabungan.

Pada awalnya, warga merasakan perubahan yang cukup signifikan.

“Beberapa hari setelah pernyataan itu, kami memang lihat patroli polisi dan TNI ramai di kota. Kami merasa sedikit lebih tenang,” kata Ady.

Namun, ia menegaskan bahwa intensitas patroli itu semakin berkurang dalam beberapa hari terakhir. Situasi lapangan tampak kembali longgar, dan dalam periode tersebut justru muncul lagi beberapa kasus pembacokan yang diduga terkait miras.

Ady menyatakan bahwa pertanyaan paling besar dari masyarakat saat ini adalah konsistensi.

“Sampai kapan komitmen para pejabat itu bisa kami rasakan sebagai masyarakat yang berhak hidup aman dan nyaman?” ujarnya.

Forkota menegaskan bahwa masyarakat tidak sedang mempersoalkan siapa yang mengeluarkan izin miras atau apakah produk miras legal atau ilegal. Yang menjadi tuntutan masyarakat sangat sederhana dan mendasar:

“Hak kami sebagai masyarakat sipil adalah hidup aman. Kami tidak berurusan soal izin miras atau siapa yang legalkan. Itu urusan pemerintah. Yang kami tuntut adalah jaminan keamanan.”

Ia juga mempertanyakan apakah upaya menjaga keamanan harus menunggu terbitnya Perda baru, atau pemerintah dapat bekerja cepat untuk memastikan kenyamanan warga sehari-hari.

“Apakah kita harus menunggu perda baru dulu baru aman? Atau pemerintah bisa pastikan mulai hari ini bahwa kami bisa hidup nyaman dari hari ke hari?”

Forkota menilai bahwa pernyataan dan rencana kebijakan tidak cukup tanpa langkah nyata di lapangan.

Warga meminta pemerintah:

menghidupkan kembali patroli gabungan secara rutin,

mengaktifkan pos kamling di setiap lingkungan,

memberantas miras ilegal secara kontinyu, bukan musiman,

serta memberikan perkembangan informasi yang jelas terkait langkah pengamanan yang sedang dilakukan.

Ady menegaskan bahwa keselamatan publik adalah tanggung jawab utama pemerintah daerah, dan masyarakat berhak mengetahui sejauh mana upaya itu dijalankan.

Seruan Forkota ini mencerminkan keprihatinan luas masyarakat terhadap meningkatnya kasus kekerasan di Merauke. Dengan jatuhnya korban baru hari ini, desakan agar pemerintah bertindak lebih tegas dan konsisten semakin menguat.

Ady menutup pernyataannya dengan pesan keras namun sederhana:

“Kami hanya ingin hidup aman. Pemerintah wajib menjamin itu.” (JR)


Editor: Joseph R

AGENDA
LINK TERKAIT