Uskup Mandagi: Gereja Sejati Bukan Hanya Gedung, Melainkan Persekutuan Umat

Sejak kedatangan misionaris MSC pada 1905, Buti menjadi pintu masuk pewartaan iman Katolik

Misa peletakan batu pertama

Merauke, Papua Selatan – Pembangunan Gereja Katolik Santa Theresia Buti diresmikan dengan peletakan batu pertama, namun Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC, menekankan bahwa makna sejati gereja jauh melampaui bangunan fisik.

“Gedung gereja hanyalah lambang. Gereja sejati itu persekutuan umat beriman. Kalau umat saling bekelai, itu bukan gereja. Gereja ada di mana umat berdoa, berliturgi, dan memberi kesaksian hidup,” ujar Uskup Mandagi dalam sambutannya.

Ia mengingatkan bahwa tanpa doa, liturgi, dan kesaksian, gereja akan mati. Gereja sejati, lanjutnya, adalah umat yang peduli, saling membantu, dan terbuka bagi siapa saja.

“Tidak peduli suku atau agama. Gereja sejati itu hadir saat kita menolong siapa saja yang menderita dan tersingkirkan,” tegasnya.

Uskup Mandagi berharap pembangunan fisik Gereja Santa Theresia Buti menjadi sarana memperkuat iman dan pelayanan. 

“Saya berharap pembangunan gedung ini memperkuat Gereja sejati: persekutuan umat, doa, kesaksian, dan kepedulian,” ujarnya.

Paroki Santa Theresia Buti dikenal sebagai salah satu pusat awal tumbuhnya iman Katolik di Papua Selatan. 

Sejak kedatangan misionaris MSC pada 1905, Buti menjadi pintu masuk pewartaan iman Katolik, ditandai dengan pembaptisan pertama atas seorang anak Marind, Clara Sokai Gebze.

Kini, pembangunan Gereja Peradaban di Buti bukan hanya penanda sejarah, tetapi juga simbol bahwa iman Katolik terus hidup, bertumbuh, dan relevan dengan kehidupan masyarakat modern Papua Selatan. (*)


Penulis : Tom

Editor: Ronald

AGENDA
LINK TERKAIT