Saya berharap Pesparani membuat umat Katolik Papua Selatan semakin menjadi manusia pendoa, melalui nyanyian, melalui Mazmur, dan melalui Kitab Suci
Merauke, Info Papua Selatan – Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (Pesparani) I Provinsi Papua Selatan tak hanya menjadi ajang lomba paduan suara, tetapi panggilan untuk memperdalam iman.
Pesan itu disampaikan Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC, dalam pembukaan Pesparani yang digelar di Gereja Katolik St. Yoseph Bambu Pemali, Merauke, Minggu (5/10/2025).
Uskup Mandagi menegaskan, Pesparani harus ditempatkan dalam konteks liturgi Gereja Katolik—bukan sekadar hiburan atau kompetisi.
“Pesparani harus ditempatkan dalam salah satu ciri Gereja Katolik, yakni liturgi. Berdoa, berdoa. Umat tanpa berdoa bukan umat Katolik,” tegasnya.
Menurutnya, musik dan paduan suara dalam Gereja memiliki fungsi rohani yang sangat penting, yaitu membantu umat berdoa.
“Paduan suara membantu orang untuk berdoa. Membaca Mazmur dan Kitab Suci membantu orang untuk berdoa,” ujar Uskup Mandagi.
Beliau juga memberi peringatan agar Pesparani tidak kehilangan arah dan tujuan utamanya.
“Kalau Pesparani ini tidak menghasilkan manusia-manusia liturgis atau manusia pendoa, omong kosong Pesparani ini,” tegasnya disambut tepuk tangan umat.
Pesan itu menjadi refleksi mendalam bagi seluruh peserta dan umat Katolik Papua Selatan yang hadir. Menurut Uskup Mandagi, suara merdu, harmoni, dan keindahan paduan suara tidak memiliki makna tanpa doa dan kasih di dalamnya.
“Saya berharap Pesparani membuat umat Katolik Papua Selatan semakin menjadi manusia pendoa, melalui nyanyian, melalui Mazmur, dan melalui Kitab Suci,” ujarnya.
Pesan Uskup Mandagi menegaskan kembali makna Pesparani sebagai “liturgi yang bernyanyi” wujud syukur, iman, dan kasih umat Katolik di tanah Marind. (LBS)